Umumnya batu ginjal terjadi pada yang berusia 30-50 tahun.
Namun, urolog Siloam Hospital Surabaya, dr.
Dian Paramita Oktaviani Soetojo, Sp.U, meminta masyarakat mewaspadai batu ginjal yang tidak hanya terjadi pada orang dewasa, juga anak-anak dan remaja.
Ia mengatakan keberadaan batu pada saluran kemih di Indonesia merupakan kasus atau keluhan terbanyak di bidang urologi.
“Tapi tidak menutup kemungkinan batu saluran kemih ini dapat terjadi pada anak-anak, remaja, maupun orang tua,” kata Dian.
Menurutnya, secara pengetahuan umum medis, pada hakikatnya batu pada saluran kemih adalah batu yang berada baik itu di ginjal, ureter, kandung kemih, maupun uretra atau sistem saluran kemih manusia.
Zat garam dan mineral lain yang menempel membentuk seperti batu ukuran kecil atau kerikil dan belum menimbulkan rasa sakit ketika masih berada di ginjal.
“Namun, apabila batu semakin membesar akan menyebabkan nyeri yang amat sangat, bahkan dapat menghalangi aliran urine sehingga menimbulkan sumbatan di saluran kemih ureter,” ujarnya Dia menjelaskan faktor risiko batu ginjal disebabkan adanya riwayat terkena batu sebelumnya, keturunan, obesitas, gangguan penyerapan di lambung, dan lainnya.
Faktor lain yang patut diwaspadai adalah seringnya mengalami dehidrasi hingga riwayat pola makan yang dinyatakan sebagai prediposisi, antara lain asupan kalsium, garam yang tinggi, serta makanan yang tinggi purin seperti jeroan, dan minuman soda.
Tanda atau gejala penyakit ini antara lain nyeri ringan hingga berat di pinggang, kadang disertai mual muntah, nyeri saat buang air kecil, urine berwarna keruh, coklat hingga kemerahan, dan buang air kecil dalam jumlah sedikit.
Penanganan awal yang perlu dilakukan tes darah maupun urine, pemeriksaan radiologi seperti USG, rontgen perut, sampai CT scan urogenital (CT Stonografi).
Setelah terdeteksi nantinya batu akan dilihat berdasarkan ukuran dan letak sehingga batu bisa dikeluarkan sesegera mungkin, baik melalui obat-obatan, perubahan gaya hidup, maupun operasi.
Tindakan yang dapat dilakukan dengan operasi invasif minimal dengan alat khusus, batu akan dipecah menjadi ukuran kecil dan dapat keluar sendiri bersama urine atau dibantu dikeluarkan dengan alat tersebut.
Selain dengan operasi, pemecahan batu juga dapat dilakukan dengan alat extracoporeal shock wave lithotripsy (ESWL ), yaitu batu dipecah menggunakan gelombang khusus dari alat tersebut dan pasien tidak perlu dilakukan pembiusan.
Adapun, batu ginjal dengan ukuran di atas 5mm diharapkan akan keluar dengan sendirinya.
Pasien diharapkan dapat minum air putih 2,5-3 liter sehari dan olahraga rutin, atau mungkin dapat dibantu obat-obatan asalkan tidak ada penyumbatan atau penyempitan di sepanjang saluran kemih.
“Pastikan kebutuhan cairan tercukupi, kurangi konsumsi makanan yang mengandung oksalat, seperti bayam, kacang, teh hitam.
Kurangi juga asupan protein hewani, diet rendah garam, dan yang penting makan makanan dengan gizi seimbang dan olahraga rutin untuk mengurangi, bahkan menghindari keluhan batu pada saluran kemih,” jelasnya.